|
Ilustrasi digambar th 2018 |
Menurut sejarah, awalnya manusia itu hidup sendiri. Hanya sendiri. Sampai pada akhirnya merasa bosan dan merasa kesepian. Kemudian manusia itu meminta kepada Tuhan untuk menciptakan manusia lainnya. Maka terciptalah manusia yang kemudian disebut perempuan. Mereka kemudian hidup bersama dengan canda tawa tanpa rasa kesepian. Hingga suatu ketika harus berpisah karena bujuk rayu setan.
Kisah tersebut merupakan ringkasan singkat tentang Nabi Adam alaihisalam dan dikisahkan dalam Al Qur'an. Allah Subhanahuwata'ala menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya, mengetahui kekuasaan-Nya, mengemban amanah di dunia dan menjadi khalifah di muka Bumi ini. Semua itu sudah tertulis dalam Al-Qur'an dengan jelas.
Memang pada awalnya manusia itu hidup sendiri. Tapi, pada dasarnya manusia itu adalah makhluk sosial. Artinya makhluk yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia mempunyai dorongan untuk saling berinteraksi dengan manusia lainnya. Kemudian berkelompok karena mempunya tujuan yang sama.
Manusia menjadi khalifah di muka bumi ini agar mengurusinya dengan kekuatan akal yang dimiliki. Ini sama saja dengan ujian bagi manusia itu sendiri untuk memikul tanggung jawab di hadapan Allah subhanahuwata'ala. Manusia dengan manusia lainnya, kelompok maupun individu, bersama-sama menjaga bumi ini.
Tidak hanya untuk bumi ini, tapi juga untuk sesama manusianya, yaitu menjadi manusia yang bermanfaat. Bermanfaat untuk bumi dan bermanfaat untuk manusia lainnya. Jika kadar emas ukurannya karat, kadar mesin ukurannnya Cc, maka kadar manusia ukuranya adalah manfaat.
***
Ada banyak persepsi atau maksud mengenai manusia hidup sendiri.
Tapi yang saya maksud disini adalah manusia hidup sendiri untuk hidupnya sendiri di akhirat. Manusia hidup di dunia mengmpulkan pahalanya sendiri untuk bekal nanti di akhirat. Berbuat baik pada orang lain, pada hakikatnya berbuat baik untuk dirinya sendiri. Manusia hidup sendiri untuk pahalanya sendiri dengan cara bersosial dengan orang lain dan menjadi manusia bermanfaat.
Manusia hidup hanya untuk dirinya sendiri disebut egois. Manusia yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Memang benar manusia jenis ini hidup sendiri dalam artian yang sebenarnya. Namun hidupnya hanyalah sia-sia. Hidup hanya untuk keuntungan pribadi. Tidak menjadi manfaat untuk orang lain. Perlu tahapan dan proses jika terlanjur mempunyai sifat egois ini. Sebagai contoh cobalah untuk mengikuti kegiatan sosial sesering mungkin.
Manusia hidup menyendiri disebut anti sosial. Manusia ini biasa disebut introvert. Lebih nyaman dengan diri sendiri dan cenderung tidak nyaman dalam keramaian. Berbuat baik kepada orang lain dengan caranya sendiri. Meskipun anti sosial namun masih bisa menjadi manusia yang punya manfaat untuk orang lain. Manusia hidup sendiri sebagai anti sosial ini hanya perlu teman yang sefrekuensi atau pasangan yang satu pemikiran dan pandangan hidup.
Manusia merasa hidup sendiri disebut kesepian. Kesepian merupakan salah satu jenis emosi dan perasaan yang paling umum dirasakan oleh manusia sebagai makhluk sosial. Ada banyak sebab atau alasan yang membuat manusia merasa kesepian. Bisa dibilang emosi ini umum dirasakan manusia. Yang perlu dilakukan adalah berdamai dengan diri sendiri atau terhubung dengan diri sendiri. kemudian selanjutnya adalah terhubung dengan orang lain. Singkatnya mempunyai pasangan.
***
Pada akhirnya manusia akan hidup berpasang-pasangan. Mempunyai pasangan adalah dambaan atau waktu yang ditunggu-tunggu oleh manusia yang masih sendiri. Namun tidak sedikit juga manusia yang memilih untuk hidup sendiri saja. Bagi yang belum menikah, hidup sendiri dalam penantian memang membosankan, tapi itu adalah proses manusia. Selagi hidup sendiri, alangkah baiknya mengisi kekosongan itu dengan menjadi menusia bermanfaat. Menjadi bermanfaat tidak perlu harus menunggu berpasangan dulu.
Manusia hidup berpasangan diikat dengan pernikahan. Setelah menikah barulah manusia bisa hidup berpasangan dengan halal. Hidup berpasangan merupakan mitra kerja sama dalam membina keluarga dan masyarakat. Dengan berpasanagan manusia dapat memiliki keturunan untuk memelihara dan mengembangkan manusia dalam mengemban amanah sebagai khalifah di bumi ini.
Kemudian timbul pertanyaan, jika manusia hidup berpasangan, bagaimana orang yang meninggal dalam keadaan belum menikah atau tidak menikah?
Menikah merupakan anjuran dalam Islam untuk melanjutkan keturunan. Namun ada beberapa orang tidak menikah menjadi pilihan karena mempunyai standar tinggi, kriteria tersendiri atau alasan lainnya. Akibatnya, menolak beberapa lamaran yang datang.
Sudah jelas dalam Al Qur'an diterangkan, bahwa Allah subhanahuwata'ala menciptakan manusia berpasang-pasangan. Ada cukup banyak lelaki dan perempuan sehingga semua orang bisa menikah jika mereka mau. Orang yang meninggal dalam kondisi belum menikah atau melajang bukan karena kesalah dalam ciptaan Allah, melainkan karena pilihan orang tersebut.
Manusia yang meninggal tanpa menikah bukan karena Allah tidak menciptakan pasangan yang cukup atau melarang pernikahan itu, tapi karena orang tersebut memilih untuk tidak menikah karena suatu alasan. Entah karena tidak menemukan pasangan yang cocok atau tidak setuju dengan pernikahan.
Bagaimana jika orang itu meninggal ketika masih anak-anak? Bagaimana jodohnya? Mungkin jodohnya bukan di dunia. Wallahu alam. Jika jodohnya manusia, maka Allah subhanahuwata'ala akan memberi kesempatan di dunia sampai dia bertemu dan menikah dengan jodohnya.
***
Manusia dari hidup sendiri, bertemu dengan pasangannya, menikah, kemudian hidup berpasangan, berkembang di muka bumi ini agar menjadi manfaat. Lalu kemudian ada yang memilih untuk hidup sendiri, itu adalah pilihannya manusia itu sendiri. Bukan berarti tidak mempunyai jodoh atau tidak diberi kesempatan untuk berpasangan.