Sunday, 14 April 2024

Nakhoda dan Navigator

Seorang Nakhoda terdampar dengan kapalnya di pesisir pulau. Dia tak berdaya dan membutuhkan seseorang. Kemudian dia berdoa dengan segala harapan agar bisa bangkit. Waktu terus berganti, hingga akhirnya ada seseorang menghampirinya. 


***
Navigator :

Maukah menjadi nakhoda untuk kapal yang baru saja aku temukan di sebuah pelabuhan di sebrang sana? 

Untuk melanjutkan kembali perjalanan laut yang behenti karena terhalang oleh badai topan hingga akhirnya nanti sampai ke sebuah pulau indah yang sudah dinantikan bertahun-tahun lamanya.

***

Nakhoda :

Menjadi nakhoda sebuah kapal berarti siap memulai perjalanan.

Nakhoda yang cermat adalah ia yang mempunyai persiapan matang dengan ilmu-ilmu yang dipelajarinya. 

Nakhoda yang hebat adalah ia yang memulai perjalanan tanpa ilmu tapi mengandalkan pengalaman-pengalaman yang didapatkan, insting, naluri dan keteguhan. 

Sedangkan aku? Tidak keduanya. Aku masih terombang-ambing dalam kapal tanpa arah, tak bisa mengendalikan nya. Kehilangan. Membuatku tak berdaya. Layar kapal ku robek, tiang penopang kapalku retak, tali layarku putus. Dan sekarang aku terdampar disini. 

Terimakasih sudah menawarkanku menjadi nakhoda kapalmu. Kalau boleh tau, kapal mu jenis apa? Kapal selam, kapal perang atau kapal api? atau apa? 

Aku tak yakin, merasa tidak pantas menjadi nakhoda mu. Tapi kau sendiri sanggupkah menjadi navigator ku? dan meyakinkanku? 

Menuju pulau indah itu memang menjadi tujuan semua orang. Tapi asal kau tahu, pulau itu adalah awal permulaan perjalanan selanjutnya.


***

Navigator :

Kapal yang berlayar nantipun tergantung arahan nakhoda kepada rodanya karena mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas kapal tersebut

Jika suatu saat merasa sanggup menjadi navigator mu dan senantiasa mampu memantau segala cuaca, memberitahu posisi kapal kita, merencanakan perjalan selanjutnya, atau memberitahu bahaya yang akan datang

Bagaimana menurutmu?

Merasa tak yakin bukan berarti tidak pantas, karena pelayaran tetap saja tak selalu mulus. Semua itu dapat dilalui ketika sang nakhoda dan navigator menjadi tim solid yang siap siaga disetiap keadaan yg ada. 


***

Nakhoda :

Menurut ku menjadi nakhoda dan menjadi navigator dalam sebuah kapal sudah mempunyai tugasnya masing-masing. Nakhoda adalah pemimpin di sebuah kapal, pemimpin tidak selalu memerintah, tapi mencontohkan. Jika kamu sudah menjadi navigator ku, tidak ada alasan lain bagiku untuk tidak percaya. Kupercayakan sepenuhnya kepada kemapuan navigator ku untuk melaksanakan tugasnya. Jika navigator ku tidak sanggup, maka ku topang di sisimu. 

Memang, cuaca tak selalu cerah dan angin tak selalu stabil. Yang menjadi kepastian adalah ketika kita berada di kapal yang sama, maka saat itulah bersama saling menjaga dalam ketegaran. Sepakat, menjadi tim solid menghadapi terjalnya perjalanan kehidupan, menepis angin kecemburuan dan menerjang kerinduan masa lalu.

Itu semua adalah rencana dan tekad optimis menghadapi halang rintang. Sebelum perjalanan pelayaran dimulai, apakah kita bisa membuka kunci komitmen dan melewati pintu keyakinan untuk memasuki kapal?


***

Navigator :

Apakah kita bisa membuka kuncinya? 


***

Nakhoda :

Bisa, jika ada kesungguhan hati bersama-sama untuk terus berkembang dalam ketaqwaan.


***

Navigator :

Apakah ada rasa atau keinginan bahkan niat untuk  sungguh-sungguh menata hati dan bersama-sama untuk terus berkembang dalam ketaqwaan?


***

Nakhoda :

Ada niat dan keinginan mendalam untuk melangkah, tapi kusadari yang kulakukan hanya sebatas "sama" belum menemukan "Bersama-sama"

Dari penawaran pertamamu, sepertinya aku bersedia dan tertarik setelah mendengarkan semua argumen mu. Aku merasa seperti harapan dan doa diawal telah dikabulkan. Dalam hati kecil ku berkata "aku menemukannya" 


***