Boleh dibilang kamar terasa begitu sesak dengan barang yang mungkin sudah tak terpakai lagi, terutama buku bekas yang sudah menumpuk, termasuk yang ada didalam lemari juga sudah penuh. Ada rasa malas saat akan membereskannya, apalagi ketika harus mengeluarkan buku-buku dan kertas fotocopyan bekas yang ada didalam laci. Tetapi mau tidak mau itu harus dikeluarkan untuk membuat ruang kosong dilaci tersebut.
Memilah dan memilih buku-buku dan kertas-kertas fotocopyan itu lalu dimasukan kedalam kardus beksa, tapi ada sesuatu yang menarik saat saya sedang membereskan buku dan kertas tersebut. Ya, saya menemukan sebuah kertas. (nya heueuh atuh menemukan kertas, apan keur meresan buku jeng kertas masa menemukan kapal selam mah.) "celetuk pembaca" ☹
Kertas yang berbentuk unik dan berbeda dengan kertas yang lainnya.
Sebuah kertas dengan lipatan baju yang bertuliskan nama saya didepannya. Entah kapan saya membuatnya dan kemudian iseng menulis nama sendiri atau mungkin ada orang lain yang sengaja menulisnya tanpa sepengetahuan saya. Tapi setelah diingat-ingat, saya tidak pernah membuat lipatan berbentuk baju dari kertas sebuah buku, kalaupun iya, itu pasti dari uang kertas.
Ketika melihatnya ada rasa penasaran dan timbul banyak sekali pertanyaan dibenak ini, mulai dari asal usulnya darimana? siapa yang membuatnya? apa maksudnya? Ya, seperti itulah kira-kira. Hanya saja pertanyaan matematika saja yang gak muncul. Lol.
Tanpa berlama-lama saya langsung membongkar lipatan itu dan membukanya. Seketika itu pula saya jadi ingat apa isi dari kertas itu dan pertanyaan yang mengganjal beberapa detik lalu, langsung terjawab semuanya. Ya, itu adalah sebuah surat.
Surat yang saya terima ketika masih kelas 6 Sd dari seorang perempuan tingkat Smp yang juga teman dari kakak saya. Hmmmm.
"Nemu surat pertama lipatan baju, wow"
Sebelumnya saya menerima surat itu tidak secara langsung dari orangnya, tapi saya menemukan surat itu sudah berada di dalam tas ketika akan mempersiapkan buku pelajaran untuk hari selanjutnya, dan saya tahu siapa yang memasukannya ke dalam tas. Sip.
Lalu bagaimana? Pada saat membaca isi surat itu yang ada malah bingung, bingung harus melakukan apa dan bagaimana. Ya, Karena, itu adalah surat pertama dari seorang perempuan yang isinya seperti itu, "ya, seperti itu". Kalau surat kaleng yang isinya singkat dan terdiri dari beberapa kalimat saja sih biasa saja nggak aneh lagi, sedangkan yang ini isinya bukan disebut surat kaleng lagi. Pada akhirnya saya hanya membacanya saja kemudian melipatnya kembali dan menyimpannya di laci. Lalu lupa.
Jika mengingatnya kembali, memang rasanya saya sangat kejam dan jahaat, tak membalasnya, mengabaikannya, tak menghargainya. Karena memang posisinya saya gak paham dan masih bingung dengan situasi yang serius seperti itu, yang masih ada dipikiran saya waktu itu hanya main main main main dan main bukan main perempuan. 😂
Beda lagi mungkin dengan anak jaman sekarang, langsung sikat, kemudian bilas.
Setelah menerima surat itu saya tidak bertanya pada kakak saya, tidak kepo, hanya diam dan biasa saja. Mungkin karena malu dan canggung untuk membahas hal yang seperti ini kali ya.
Dan sekarang, yang mengirim surat tersebut, FA, sudah menikah dan sudah dikaruniai seorang anak, selamaaat. Sudah lama sih.
Terimakasih atas perhatian pada waktu itu yang telah kau lakukan dan sudah cape-cape mengamati saya yang cuek. Maaf tak membalas surat itu dan telah mengabaikannya.
Semoga kita semua termasuk pembaca ada dalam lindungan-Nya
(Penutup kaya surat formal 😂😂)
Lalu bagaimana? Pada saat membaca isi surat itu yang ada malah bingung, bingung harus melakukan apa dan bagaimana. Ya, Karena, itu adalah surat pertama dari seorang perempuan yang isinya seperti itu, "ya, seperti itu". Kalau surat kaleng yang isinya singkat dan terdiri dari beberapa kalimat saja sih biasa saja nggak aneh lagi, sedangkan yang ini isinya bukan disebut surat kaleng lagi. Pada akhirnya saya hanya membacanya saja kemudian melipatnya kembali dan menyimpannya di laci. Lalu lupa.
Jika mengingatnya kembali, memang rasanya saya sangat kejam dan jahaat, tak membalasnya, mengabaikannya, tak menghargainya. Karena memang posisinya saya gak paham dan masih bingung dengan situasi yang serius seperti itu, yang masih ada dipikiran saya waktu itu hanya main main main main dan main bukan main perempuan. 😂
Beda lagi mungkin dengan anak jaman sekarang, langsung sikat, kemudian bilas.
Setelah menerima surat itu saya tidak bertanya pada kakak saya, tidak kepo, hanya diam dan biasa saja. Mungkin karena malu dan canggung untuk membahas hal yang seperti ini kali ya.
Dan sekarang, yang mengirim surat tersebut, FA, sudah menikah dan sudah dikaruniai seorang anak, selamaaat. Sudah lama sih.
Terimakasih atas perhatian pada waktu itu yang telah kau lakukan dan sudah cape-cape mengamati saya yang cuek. Maaf tak membalas surat itu dan telah mengabaikannya.
Semoga kita semua termasuk pembaca ada dalam lindungan-Nya
(Penutup kaya surat formal 😂😂)
No comments:
Post a Comment