Dulu aku sempat berada diantara situasi harus memilihsebuah pilihan yang sulit
Pikiran dan batinku saling melontarkan alasan yang berbelit dan jawaban
yang berkelit
Ketika “bagaiman” harus dilawan “karena”, ketika “karena” harus disanggah
“tapi” dan begitulah ketika semua perang ini hampir tidak ada ujungnya
Sampai pada suatu titik, ketika logika dapat mengalahkan sebuah perasaan
Dengan berat, keputusan ini harus dilakukan meskipun pahit, patah dan berdarah.
Bertahun lamanya hidup tanpa rasa, bahkan sampai mati rasa. Kuanggap
begitu. Tak peduli dengan diri sendiri, apalagi pada orang yang berbicara
miring pada diri ini.
Datar,
Hambar,
Alam menjadi pelarian, teman menjadi pengalihan
Aku selalu yakin, akan ada masanya, ini akan berakhir
Sampai pada akhirnya, disuatu waktu dia hadir. Dengan berani, dengan
percaya diri, dengan pengharapan, dengan ketulusan dan dengan kesederhanaan.
Sempat ada keraguan, tentang simpang yang harus kulalui. Tapi karena aku
yang meminta ditunjukan jalan, maka jalan baru yang harus kulalui
Menyerah dengan rasa, tanpa kusadari tangan ini menerima dan mencoba untuk
membuka diri.
Tak terasa
Ada rasa yang mulai tumbuh
Datar, Hambar yang kurasakan perlahan menjadi penuh rasa.
Hal yang harus kuyakini sekarang,
Bukan hanya diri sendiri, tidak melihat hanya diri sendiri
Bukan lagi tentang diri sendiri, tidak melihat lagi tentang diri sendiri
Tapi tidak sendiri lagi dan melihat siapa yang sudah ada disisi