Tuesday 6 November 2018

Cara Sedehana Melatih Kesabaran

Saya mau sedikit berceloteh pada hari ini, tentang cara sederhana dalam melatih kesabaran. Tapi, lebih tepatnya apa yang saya alami hari ini adalah penuh dengan kesabaran.

Sebenarnya ada banyak cara sedehana dalam melatih kesabaran. Tapi, saya akan ambil satu contoh, cara sederhana yang dimaksud adalah menunggu antrian, apapun itu bentuknya dan dimana pun itu berada. Tentunya itu suatu hal yang membosankan, apalagi saat kita sedang terburu-buru atau harus melakukan hal yang penting lainnya tapi kita harus menunggu, mungkin kita akan menggerutu bila terlalu lama. Memang, budaya antri itu tidak salah, malah sangat bagus sekali untuk ketertiban.

Antri, cocok sekali untuk melatih kesabaran kita. Jika mulai bosan dalam menunggu antrian, cobalah siasati dengan aktivitas kecil, semisal membaca berita lewat gadget, main game, sesekali menyapa atau basa basi dengan orang dan kalau bisa cobalah melatih kepekaan diri sendiri terhadap sekitar. Ingat, asal jangan tiba-tiba senam lantai ditempat aja, kenapa? Ditangkap satpam dong.

Apa yang saya alami hari ini, seperti biasa saya harus ke beberapa bank untuk melakukan suatu keperluan atau kewajiban kantor. Sudah biasa sih dengan hal yang menjengkelkan seperti ini, terlalu lama menunggu dalam antrian. Oke, bukan hanya satu bank. Siip

Di salah satu bank yang selalu penuh ketika awal bulan, tempat yang saya datangi pertama. Masih pagi dan mood masih bagus, bersama sabar dengan sebatas wajar dalam menunggu. Dalam antrian itu saya mencoba peka pada sekitar, sambil menulis tulisan yang sedang kalian baca saat ini. Ada beberapa hal menarik dan lucu jika memperhatikan orang didekat kita saat mengantri.

Disebelah kanan saya misalnya, ada seorang anak yang masih memakai seragam SD bersama dengan ibunya yang duduk disebelahnya. Anak itu memutar lagu dari gadget ibunya dan setelah ibu itu mengambil kembali gadget dari anaknya, anak itu terus menyanyikan lagu tersebut, hanya reff nya saja dan itu tidak selesai-selesai, entah lagu apa, saya juga belum hafal. Sampai akhirnya mereka beranjak dipanggil antrian, anak itu masih menyanyikan nya.

Sedangkan di belakang saya, duduk 2 orang cewe yang sedang asyik mengobrol. Mereka berbincang mengenai celana warna hitam yang baru dibeli oleh salah satu dari cewe itu. Katanya sedang diskon. Kemudian berlanjut ghibah in orang. Lol. Bukan bermaksud menguping, tapi memang kedengaran karena agak keras mereka berbincang. 

Disebelah kiri saya duduk pula seorang cewe berhijab, yang memegang gadget, kemudian diam-diam memotret ke arah depan. Kenapa saya tahu? Berbunyi "cekrek" coy. Lalu sibuk sendiri mengetik gadget nya dan sepertinya untuk meng up date story Instagram atau WhatsApp.

Saya masih menunggu.. 


Dan, akhirnya saya keluar dari bank itu 

Jika sudah biasa dalam menunggu antrian, kenapa tadi bilang hari ini penuh kesabaran? sebelum melanjutkan ke bank selanjutnya, dalam jeda waktu, saya shalat dhuhur dahulu di mesjid. Dan apa yang terjadi? Oke, sepatu saya hilang dicuri orang. Bukan menggantikan, karena memang tidak ada sepatu atau sandal lainnya. Alhasil, saya nyeker kembali ke kantor menggunakan sepeda motor dan memakai sandal musholla kantor, kemudian kembali lagi ke bank selanjutnya sembari mengomel dalam hati. Kesal memang, menghancurkan mood hari ini.

Di bank ke dua yang saya datangi, saya sudah mulai bosan dan tidak tenang dalam menunggu antrian. Buka Twitter, close, buka YouTube, close, gitu terus sampe baterai 19%. Untuk melanjutkan tulisan ini pun sudah enggan. 

2,3,4,5, akhirnya sudah selesai dan tak perlu lama dalam menunggu. Ya, bagi saya hari ini penuh dengan kesabaran, selain harus berbosan ria dalam menunggu, juga harus merelakan sepatu. Tapi,
Lebih baik merelakan sepatu daripada merelakan rindu yang tak kunjung temu. Huffft

Sore hari, sambil ditemani roti, bersama dengan awan yang sudah mendung, saya menyelesaikan celotehan dalam tulisan ini.

Kesabaran memang perlu dilatih, salah satunya seperti yang saya katakan, menunggu antrian.

No comments:

Post a Comment