Monday 12 October 2020

Akibat Menyimpan Isim (Jimat)

Kisah ini disaksikan langsung oleh Dodo. Sebuah kejadian yang menimpa sepupunya akibat menyimpan sebuah isim atau jimat. Sebut saja dia Arman, umur Arman ini lebih tua dari Dodo.

Cerita bermula saat Arman masih muda, ketika bagaimana dia mendapatkan sebuah jimat dari seseorang. Arman ini adalah seorang anak rantau, sejak lulus SMA dia sudah pergi meninggalkan tempat kelahirannya untuk berkerja di kota P.

Pada waktu itu Arman masih belum menikah dan tinggal seorang diri di sebuah kontrakan. Kontrakkannya tidak jauh dari tempatnya bekerja. Dia bekerja di sebuah perusahaan dan jabatannya masih menjadi karyawan swasta. Di perusahaan itu Arman bekerja di bagian lapangan. Karena keahliannya dalam berkomunikasi dan bersosialisasi maka perusahaan tersebut menempatkannya dibagian itu. Sebenarnya, bekerja di sebuah perusahaan atau bekerja di kantoran bukanlah impiannya, cita-citanya adalah menjadi seorang pengusaha. Selain bekerja sebagai karyawan swasta, Arman juga mempunyai sampingan, yaitu jual beli properti. Sebelum-sebelumnya sampingan yang dilakukan Arman adalah menjual kaos, jual beli handphone bekas dll, namun selalu gagal dan sampingan terkahir yang sedang digelutinya sekarang adalah jual beli properti.

Hari itu Arman ditugaskan oleh kantornya untuk men survei sebuah tempat di sebuah perkampungan. Tidak ada hal yang aneh pada saat itu, sampai akhirnya, tanpa sengaja dia melihat seorang kakek yang kesusahan. Kakek itu terjatuh ketika sedang membawa kayu bakar di punggungnya. Dengan sigap Arman langsung menolongnya dan membawakan kayu bakar itu sampai dengan rumah kakek tersebut yang tidak jauh dari situ. Mereka kemudian berbincang lama di rumah si kakek itu. Ketika Arman pamit untuk pulang, kakek itu memberikan sesuatu kepada Arman sebagai bentuk terimakasih nya. Sesuatu yang diberikan kakek itu berupa benda yang dibungkus oleh kain yang berwarna putih. Bentuknya kecil, terlihat seperti kertas tebal yang dilipat-lipat kemudian dibungkus dengan kain. Awalnya Arman menolaknya, namun si kakek bersikeras agar Arman mau menerimanya.

Kakek: nak terima lah ini sebagai bentuk rasa terimakasih kakek

Arman: Oh gak usah kek, saya iklhas menolong kakek

Kakek: Sudah terima saja

Arman: emangnya ini apaan kek?

Kakek: ini adalah sebuah isim (jimat), bawa saja kemanapun kamu pergi, jangan lupa kamu lakukan ritualnya, yaitu setiap malam jumat kliwon kamu buka bungkusan ini kemudian isinya usapkan pada wajah sebanyak tiga kali sambil mengucapkan dalam hati apa yang kamu inginkan.

Kakek itu langsung memberikan benda itu pada tangan Arman dan ia pun langsung masuk ke dalam rumahnya. Tanpa bisa menolak Arman akhirnya menerima benda pemberian si kakek.

Hari-hari berlalu seperti biasanya, sampingan Arman jual beli properti terancam mengalami kerugian lagi. Disana Arman frustasi karena akan mengalami kegagalan lagi, dia sempat berpikir untuk berhenti dan hanya akan fokus di perusahaan tempat dia bekerja. Ketika dia sedang berpikir keras, Arman kemudian teringat pertemuannya dengan seorang kakek yang memberinya sebuah jimat beberapa minggu yang lalu. Arman ingat persyaratannya dan kebetulan hari esok adalah malam jumat kliwon. Sebenarnya Arman tidak percaya dengan hal-hal yang seperti itu, tapi apa salahnya mencobanya dan ia berniat untuk melakukan nya besok malam.

Keesokan harinya, Arman mencoba ritual yang dikatakan oleh si kakek, ia membuka bungkusan itu kemudian mengusapkannya ke wajah sambil mengharapkan keinginannya. Tidak ada hal yang berubah, tidak ada hal yang aneh dan tidak terjadi apa-apa pada saat ketika Arman selesai melakukan ritual. Namun, satu hal yang paling dirasakan Arman adalah setelah melakukan ritual itu, pagi hari dia merasakan badannya selalu menjadi fresh. Arman rutin melakukan ritual itu kurang lebih selama 3 bulan.

Beberapa bulan kemudian, setelah Arman rutin melakukan ritual untuk jimat itu, perubahan mulai terjadi. Pertama dari sifat dan sikap Arman yang berubah menjadi agak emosional dan tempramen atau gampang marah. Kemudian karir dan performa di perusahaan dia bekerja meningkat sehingga jabatannya akan di promosikan. Dan yang terakhir, di luar perubahan yang tampak terlihat adalah sampingan Arman yaitu usaha jual beli properti mulai berkembang dan terus meningkat dari pendapatannya. Dari situ Arman mulai percaya dengan jimat yang ia gunakan itu.

Singkat cerita Arman kini tinggal di kampung halamannya dan sudah menikah kemudian dia dan istrinya mengembangkan usaha sampingannya dulu. Sementara pekerjaannya di perusahaan tempat dia bekerja dulu di kota telah ia tinggalkan. Arman keluar dari perusahaan itu disaat karirnya lagi naik-naik nya. Dia lebih memilih mengembangkan usahanya, sesuai dengan apa yang di cita-citakan dulu, yaitu menjadi seorang pengusaha. Arman pun kini menjadi pengusaha sukses dalam bisnis furniture. Di kampung halamannya, Arman tinggal tidak jauh dari rumah Dodo, sepupunya, yaitu lebih tepatnya rumahnya berada di belakang rumah Dodo.

Semenjak Arman pindah ke belakang rumah Dodo, Dodo sering merasakan hal aneh. Tepatnya setiap malam jumat Dodo merasa rumah Arman terasa menjadi ramai, seperti banyak orang dan ada aktivitas, padahal Arman cuma tinggal berdua bersama istrinya saja, dan setiap dia mengecek ke rumah Arman, itu terlihat sepi-sepi saja. 

Pernah suatu ketika, saat istrinya Arman tengah mengandung di usia kandungan ke 8 bulan, Dodo dan tiga orang warga sedang berada di rumah Arman. Mereka berlima termasuk Arman begadang sampai dini hari ngobrol ngalor ngidul sambil ngopi di depan teras rumah Arman. Disaat mereka sedang asik-asiknya ngobrol, pas jam 1 dini hari, Dodo mendengar suara tertawa seorang wanita, suaranya melengking memecahkan keheningan, tapi suara itu terasa jauh dari tempat mereka berada. Suara itu seketika membuat Dodo menjadi merinding. Iya, mereka mendengar suara kuntilanak. Mereka semua mendengar suara itu dan saling memandang satu sama lain.

Dodo: heh ssssssttttt, kalian dengar? 

Salah seorang warga yang berada disitu, sebut saja pak Karta berkata "Pak Arman, coba masuk ke kamar lihat dan temanai dulu sebentar sitrinya". Arman pun masuk dan menurutinya. Ketika Arman sudah masuk ke dalam rumah, berbicaralah Pak Karta ini pada yang lainnya. Bisa dikatakan pak Karta ini termasuk orang pintar atau orang yang bisa dan mengerti dalam hal-hal ghaib.

Pak Karta: Kalian gak usah takut dengan yang begituan, biarkan saja.

Dodo: Apa mereka kesini karena ada yang sedang mengandung pak?

Pak Karta: Tidak aneh kalo mereka kesini, bukan hanya karena ada yang mengandung, tapi selain itu di rumah pak Arman ini sepertinya menyimpan suatu benda yang dapat mengundang makhluk ghaib. 

Dodo: Pantas saja, saya merasa di rumah ini terasa ramai setiap malam jumat dan juga hawa nya beda dengan rumah saya.

Pak Karta tahu ada benda yang disimpan di rumah itu karena dia merasakan sebuah energi yang cukup besar. Sebuah energi yang berpusat pada salah satu benda yang ada di rumah Arman. Karena benda itulah makhluk-makhluk ghaib berdatangan seperti terundang oleh energi yang tersimpan didalamnya. Setelah mendengar penjelasan dari Pak Karta, akhirnya sekarang Dodo mengerti atas keanehan yang dialaminya dan terjawab sudah pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal selama ini. Pak Karta mengira benda itu adalah benda pusaka semisal keris, karena mereka tau kalo Arman ini sebelumnya sudah pergi merantau ke kota.


***

Beberapa tahun kemudian, jimat itu masih selalu dibawa kemanapun oleh Arman, namun ritual dari persyaratan jimat itu tidak pernah ia lakukan lagi. Bisnis furniture yang digelutinyapun masih berjalan seperti biasanya. Namun, kini Arman mengalami sakit-sakitan. Perutnya terasa sakit seperti sedang ditusuk-tusuk, terkadang kaki nya yang susah untuk digerakkan, sehingga dia tidak bisa berjalan. Pernah suatu ketika Arman mencoba ke Rumah sakit untuk diperiksa, tapi anehnya setelah sampai disana Arman terlihat sehat-sehat saja, seperti dia tidak sedang sakit, dokter juga menyatakan Arman tidak terkena penyakit apa-apa. Bahkan berobat ke beberapa orang pintar pun sudah ia lakukan, termasuk ke pak Karta, tapi hasilnya hanya sementara, beberapa hari setelah berobat Arman kembali lagi jatuh sakit.

Pada akhirnya, karena Arman selalu sakit-sakitan, bisnis furniture yang dia kerjakan kini mengalami kebangkrutan, usahnya terjun bebas mengalami kerugian. Arman tidak peduli lagi dengan bisnisnya, yang ia harapkan sekarang adalah kesembuhan dari penyakit yang ia derita. Penyakit Arman semakin hari semakin memburuk, dia hanya bisa terbaring di tempat tidur, bahkan untuk berbicara pun ia sangat kesusahan. Keluarganya hanya bisa pasrah atas apa yang terjadi pada Arman yang menglami sakit cukup lama.

Suatu malam Arman mengalami kejang pada tubuhnya, hari itu adala malam jumat kliwon, dia berteriak kesakitan dan berkata "AAAAARRGGGHH,, PANAAS, WAJAHKU PANAAS". Arman merasakan kepanasan diwajahnya, sambil tangannya diusap-usapkan ke wajahnya, matanya melotot dan terus mengerang kesakitan. Terkadang Arman juga berkata "Anak ini sudah menjadi milik saya hahaha". Namun suaranya bukan suara dari Arman seperti yang biasanya, suara itu agak serak dan berat seperti kakek-kakek. Kejadian seperti itu terjadi tidak lama, hanya sebentar, dan terjadi ketika saat malam jumat kliwon.

Keluarga besar Arman dan para tetangganya pun mengelilingi Arman sambil membacakannya ayat suci Al-Quran. Kondisi Arman sekarang kini seperti orang yang sedang sakaratul maut. 

Untuk kesekian kalinya, istri Arman meminta bantuan dari pa Karta. Pak Karta kemudian datang dan melihat kondisi Arman, dia duduk disamping Arman, mulutnya komat-komit sembaca doa sambil matanya terpejam. Dia kemudian mengusap wajah, perut dan kaki Arman. Setelah itu dia berkata pada keluarga besar Arman yang ad di situ, "Pak Arman ini sebenarnya sudah tidak ada, tapi ada suatu benda yang memberatkan kepargiannya, mungkin ibu tahu pak Arman menyimpan sesuatu?" tanyanya pak Karta pada istri Arman.

"Benda apa itu ya Pak? saya tidak tahu kalo suami saya menyimpan suatu benda" Istri Arman tanya balik pada Pak Karta.

Pak Karta: Mungkin sebuah isim atau jimat, bisa juga sebuah benda pusaka.

Istri Arman tidak tahu menahu soal itu, kemudian Pak Karta meminta izin pada istri Arman untuk mencari benda yang di maksud. Akhirnya seluruh keluarga Arman yang ada disitu kini mencari benda yang disimpan Arman, Dodo pun ikut membantu. Mereka mencari ke segala penjuru rumah, sampai akhirnya istri Arman menemukan sebuah benda mencurigakan yang disimpan di dompet suaminya, benda itu berbentuk persegi dan dibungkus oleh kain putih yang sudah usang. Kemudian diberikanlah benda itu pada pak Karta untuk menanyakan apakah benda itu yang dimaksud.

Ketika Pak Karta memegang benda itu, Arman tiba-tiba tertawa dan berkata "Hahahahaa,,, Jangan kau sentuh benda itu!". Secara perlahan sambil berdoa Pak Karta membuka bungkusan itu dihadapan keluarga besar Arman, tenyata isi bungkusan itu adalah potongan dari sebuah kulit harimau, ukurannya kecil dan hanya perlu satu kali lipatan untuk kemudian dibungkus kain putih. Menyaksikan hal itu, Dodo dan istrinya Arman pun menjadi kaget, dia tak menyangka sepupunya menyimpan benda seperti itu. Pak Karta  kemudian menjelaskan bahwa kulit harimau ini digunakan sebagai jimat, kegunaannya agar orang  yang bertemu dengan orang yang membawa jimat ini menjadi segan, mempunyai kharisma atau wibawa dan tunduk atau menuruti perkataannya. Benda ini mempunyai ritual tertentu untuk digunakan, tapi pak Karta tidak mengetahuinya.

Mata Arman kini melotot melihat ke atas, terkadang sekali-kali melihat ke arah isim atau jimat yang dipegang oleh Pak Karta, tubuhnya bergetar dan mulutnya menggeram seperti seekor harimau. Pak Karta kemudian berkata ke arah Arman, "Benda ini sekarang adalah milikku, bukan lagi milik anak itu". Arman kemudian tertawa lalu perlahan matanya terpejam dan tubunya berangsur menjadi lemas. Pak Karta lalu meminta izin keluarga Arman untuk membawa benda itu, dia berkata akan menghancurkan isim atau jimat yang berupa potongan kulit harimau itu. Keluarga Arman kemudian mengijinkannya.

Beberapa jam setelah kejadian itu, kondisi Arman semakin menurun, dan pada pagi harinya Arman pun meninggal dunia. Arman meninggal masih tergolong muda, yaitu di umur ke 42 tahun. 


***

Kejadian aneh tidak berhenti sampai disitu saja. Setelah 40 hari kematian Arman, kali ini Dodo mengalami hal yang janggal. 

Kondisi rumah Arman saat ini masih ditempati istri dan anaknya, terkadang rumah itu kosong karena istri dan anak Arman menginap di rumah orang tuanya. 

Malam itu adalah malam jumat kliwon Dodo hanya seorang diri di rumah, karena anggota keluarganya yang lain sedang berkunjung ke rumah kerabat nya dan rencananya mereka akan menginap disana. Dodo sudah terbiasa ditinggal sendiri di rumah, jadi dia tidak berpikiran hal yang aneh-aneh. Di dalam rumah Dodo sedang asik menonton televisi, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh di bagian belakang atap rumahnya. Suara itu sangat keras sehingga membuat Dodo terperanjat kaget olehnya. Dodo yang tadinya sedang rebahan kini dia duduk sambil menerka suara yang barusan. Dia mencoba berpikir positif, mungkin itu adalah dahan atau ranting yang jatuh ke atap rumahnya, karena di belakang rumah Dodo ada sebuah pohon mangga yang lumayan besar. Dodo kemudian mengabaikan apa yang barusan terjadi, dia kembali dengan aktivitasnya menonton televisi sambil bermain handphone.

Waktu menunjukan jam setengah 12 malam, Dodo masih belum tidur, dia merasa sangat lapar. Akhirnya dia merebus mie instan, untuk mengganjal rasa laparnya. Jadi, posisi dapur di rumah Dodo ada di belakang kanan rumahnyanya. Sebelum masuk ke dapur, sebelah kiri dari pintu dapur terdapat sebuah tangga yang langsung menuju lantai 2. Lantai 2 ini menuju ke kamar adiknya dan ada ruangan kosong yang biasa digunakan untuk menyimpan beberapa barang, tapi bukan sebuah gudang. Dan di dapur rumahnya Dodo ada pintu keluar yang menuju ke bagian halaman belakng rumahnya, yang sekaligus dari sana bisa terlihat halaman rumah alm. Arman.

Ketika Dodo masuk ke dapur, saat melewati tangga rumahnya, entah kenapa Dodo merasakan hawa dingin yang membuatnya merinding. Meskipun perasaannya tidak enak, dia tetap melanjutkan untuk merebus mia instan. Di saat dia tengah menunggu air mendidih, disebelah kirinya yaitu pintu yang menuju keluar halaman belakang rumahnya, tiba-tiba ada yang mengetoknya. "Tok,,tok,,tok". Dodo mengira yang mengetok pintu belakang rumahnya adalah istri dari Arman. Dodo kemudian membuka pintu itu, tapi ternyata tidak ada siapa-siapa, lalu Dodo memanggil-manggil istri Arman yang dikiranya itu. "Iya mbak?... Mbak?....Mbak?" Saat dia melihat ke arah rumah Arman, bulu kuduknya menjadi merinding, dia ingat dengan keanehan yang dialaminya dulu saat alm Arman masih hidup. Dia juga baru sadar kalo istrinya Arman, jam 9 atau jam 10 itu sudah tidur, dan tidak pernah mampir malam-malam. Dengan napas yang tersenggal-senggal, Dodo langsung menutup pintu itu dan menguncinya.

Beberapa menit kemudian saat dia merebus mie instannya, matanya tertuju ke sebelah kanan, tepatnya disitu ada sebuah kamar mandi. Di sebelah kamar mandi itu terdapat sebuah jemuran lipat dan ada beberapa baju yang digantung disana. Dodo melihat baju itu yang sedang digantung itu bergeser dengan sendirinya, seperti tertiup oleh angin. Padahal tidak ada angin yang masuk pada waktu itu. Yang membuat Dodo merasa merinding lagi adalah hanya satu baju saja yang bergeser, sementara baju lain yang di sebelahnya tidak bergerak sama sekali.

Seketika Dodo langsung memalingkan kembali wajahnya, dengan keringat panas dingin dia mencoba untuk tetap fokus pada mie instannya. Setelah selesai mienya jadi, Dodo langsung buru-buru kembali ke ruang tengah.

Gangguan yang dialami Dodo belum berakhir, setelah selesai makan, dia hendak menyimpan piring bekas dia makan ke dapur. Tapi, ketika dia hendak masuk atau saat di akan melewati pintu dapur. Dari arah tangga, tepatnya sebelah kiri pintu dapur, Dodo mendengar suara wanita yang tertawa sambil memanggil namanya. "Hihihihiiii,, Dodo..". Suara itu melengking dan sangat jelas di telinga Dodo, dan dia pun mengurungkan niatnya pergi ke dapur. Mendengar suara itu Dodo langsung lari ke arah tengah rumah dan menyimpan piring kotor itu di meja ruang tamu. Kemudian Dodo pergi ke kamarnya langsung menutupi seluruh badannya dengan selimut.

Dodo sangat ketakutan dan dia mencoba untuk memejamkan matanya agar bisa cepat tidur, tapi pikirannya kemnaa-mana, tidak tenang. Dia terus berdoa sambil memejamkan matanya. Dodo teringat dengan jimat yang pernah dimiliki sepupunya, Arman. Mungkin makhluk-makhluk itu adalah sisa-sisa dari akibat keberadaan jimat itu pernah ada di rumah Arman. 

Selesai.

Sunday 11 October 2020

DISAMBUT DAYANG-DAYANG GHAIB

Cerita ini diambil pada tahun 2013 dan nyata dialami langsung oleh Apep dan Gugun, ketika mereka sedang melakukan tadzabur alam atau sekaligus berziarah pada malam hari ke makam adipati panaekan seorang raja Galuh tengah. Tempat itu berada di cagar budaya ciung wanara atau karang Kamulyan di kab ciamis Jawa Barat. Situs Karang kamulyan ini merupakan sebuah situs peninggalan zaman kerajaan Galuh. Kerajaan ini termasuk salah satu kerajaan tertua di tanah Pasundan tepatnya telah ada sebelum adanya kerajaan Majapahit dan Padjajaran. Peninggalan kerajaan ini tersimpan dalam cagar budaya yaitu objek wisata budaya Katangkamulyan atau Ciung Wanara.

Sebenarnya ide untuk melakukan tadzabur alam ini adalah keinginan dari Gugun. Pada pagi harinya Gugun sengaja mengajak Apep untuk minta ditemani, karena Gugun tidak berani kalo hanya sendirian saja.
Gugun: Pep, nanti malam ikut yuk temenin aing ke Karang Kamulyan.
Apep: hah? Mau ngapain malem-malem kesana? Engga ah
Gugun: aing mau tadzabur alam sekaligus ziarah. Udahlah ikut aja.

Apep sebenernya menolak ajakan dari Gugun, karena Apep sudah mempunyai firasat nggak enak. Entah apa niat sebenarnya Gugun pergi malam-malam ke sana. Tapi, karena Gugun adalah sahabat baiknya, jadi mau tidak mau Apep harus menemaninya dan Apep takut terjadi apa-apa kalo Gugun pergi sendirian ke sana.

Singkat cerita malam pun tiba, Gugun pergi ke rumah Apep untuk menjeputnya. Dan akhirnya mereka bedua pergi ke tempat tujuan dengan menggunakan sepeda motor. Di tengah perjalanan Apep masih merasa was-was atas rencana Gugun ini, yang bisa dia lakukan adalah hanya berdoa agar semua berjalan dengan lancar dan tidak terjadi apa-apa. Beda lagi dengan Gugun yang merasa tenang dan enjoy-enjoy aja. 15 menit kemudian akhirnya mereka sampai di karanggkamulyan. Mereka sampai di sana tengah malam, kira-kira hampir jam 12 malam. Kemudian mereka masuk ke dalam sana setelah meminta izin penjaga yang ada di sana.

Luas area dari cagar budaya ini mencapai 25 hektar, kawasannya berupa hutan yang dilindungi, kebanyakan itu pohon bambu dan pepohonan besar yang berumur ratusan tahun, bahkan ada pohon Binong yang berdiameter 3 meter dan diperkirakan berumur sekitar 600 tahun. Untuk hewan-hewannya yang bisa ditemui adalah monyet-monyet liar, ada juga rusa tapi hanya beberapa yang terlihat, tidak terlalu banyak. Di dalam itu tempanya agak gelap, hanya ada sedikit lampu penerangan.

Malam itu adalah malam bulan purnama, suasana gelap di sekitar situ menjadi agak terang karena sinar bulan purnama sedikit menerangi lewat sela-sela rimbunnya pohon-pohon bambu.

Hal ganjil mulai terasa ketika mereka masuk. Pemandangan ketika masuk ke sana adalah berupa jalan setapak, dan di tiap sisi kanan dan kiri sepanjang jalan itu pohon bambu. Saking panjangnya, pohon bambu yang di kiri dan kanan itu saling bertemu di atas atau gambaran lainnya seperti membentuk terowongan gitu. 

Baru beberapa langkah mereka berdua berjalan, monyet-monyet yang tadinya di sisi kiri dan kanan bawah pohon bambu itu tiba-tiba mereka berteriak seperti memberi kode sinyal kepada monyet lain, atau kepada "sesuatu". Sontak Apep dan Gugun jadi kaget dengan hal seperti itu. Ini memang bukan pertama kalinya Apep dan Gugun pergi ke cagar budaya siung wanara. Sebelum-sebelumnya mereka juga pernah ke sini saat bertamasya dengan keluarga atau sekolah, namun di siang hari. Dan tidak pernah meliahat monyet-monyet di sini bertingkah aneh seperti sekarang ini.

Monyet-monyet itu berteriak sekitar 1-2 menit dan di saat mereka berteriak, Apep dan Gugun terdiam sesaat. Setelah monyet-monyet itu berhenti berteriak dan hanya terdengar serangga malam saja, Gugun melanjutkan langkah kakinya, tapi tidak dengan Apep, dia masih terdiam dan ragu untuk melanjutkan jalan lebih dalam lagi. Apep menganggap ini adalah sebuah peringatan terhadap mereka, tapi dia tidak langsung mengataknannya kepada Gugun.

Gugun: Heh, ayo cepet jalan, malah diem aja

Apep: Perasaan aing gak enak nih, yakin lanjut terus?

Gugun: Udah ayo.

Kemudian Gugun menarik Apep untuk terus jalan dan tetap fokus. Baru saja beberapa meter mereka berjalan kini giliran Gugun yang menghentikan langkah kakinya. Apep menjadi bingung melihat Gugun yang berhenti, dia yang mengajak untuk jalan terus tapi sekarang Gugun malah berhenti.

Apep: Lho, kok berhenti sih? katanya ayo jalan terus.

Gugun: Tunggu sebentar, sia mencium sesuatu gak?

Rupanya Gugun berhenti karena dia mencium bau sesuatu. Perlahan Apep pun menengadah dan mengenduskan hidungnya mencari bau yang dirasakan oleh Gugun. Apep pun baru sadar ternyata memang benar ada bau bunga melati menyerbak disekitar mereka. Seketika suasana menjadi sunyi, bahkan serangga malam yang tadinya bersuara kini tidak ada. Bulu kuduk mereka berdua bergidik dan mereka hanya bisa saling berpandangan kebingungan.

Ketika Apep menghadap kembali ke arah depan, begitu kagetnya dia. Kalian tau apa yang mereka lihat? ya, benar. Apep melihat didepannya ada beberapa wanita sedang berdiri berjajar. Jarak antara mereka berdua dan wanita-wanita itu sekitar 300 meter. Wanita-wanita itu berdiri di samping kiri dan kanan jalan saling berhadap-hadapan. Seperti sedang melakukan penyambutan pada seorang raja/bangsawan/tamu kehormatan gitu. Tampilan wanita-wanita itu rambutnya disanggul dan pakaiannya itu seperti pada zaman-zaman kerajaan, atasannya memakai kemben dan bawahannya kain, tampak seperti dayang-dayang kerajaan atau keraton.  Yang membuat lebih merinding lagi adalah wanita-wanita itu transparan, seperti hologram gitu. 

Apep dan Gugun pun langsung memalingkan pandangannya dan menghadap ke belakang sambil beristigfar "ASTAGFIRULLAH,, ASTAGFIRULLAH". Tak lama kemudian Gugun kembali menghadap lagi ke depan  untuk memastikan apa yang mereka lihat dan benar saja, wanita-wanita yang seperti dayang itu kini menghilang entah ke mana.

Gugun: Sia liat gak tadi yang seperti dayang?

Apep: Iya, aing juga liat

Gugun: hilang ke mana?

Ketika mereka berdua bertanya-tanya kemana hilangnya wanita-wanita itu, tiba-tiba dari arah depan ada hempasan angin dingin ke arah mereka berdua. Anginnya tidak terlalu kencang ataupun pelan, tapi cukup terasa dingin dan mampu menggerakan rambut mereka. Dan lagi seketika badan mereka berdua terasa merinding.

Tak lama setelah angin bertiup, Gugun kini merasa sesak di dadanya. Gugun merasakan dadanya seperti di tekan dari depan dan belakang. Selain itu pundaknya juga terasa menjadi berat dan akhirnya Gugun jongkok dan langsung duduk. Melihat Gugun terduduk di atas tanah Apep pun langsung bertanya apa yang terjadi pada Gugun? 

Apep: Gun, kenapa?

Gugun: Dada aing sesak

Apep pun bingung, kenapa Gugun bisa sesak napas. Karena sepengetahuan Apep, Gugun tidak pernah mempunyai riwayat penyakit sesak napas. Karena kondisi Gugun tidak memungkinkan, maka Apep mengajaknya untuk pulang saja. Tapi Gugun menolak dan tetap ngotot untuk lanjut aja. Apep kemudian memaksanya untuk pulang dan menjelaskan situasinya tidak mendukung. Apep takut kalo Gugun kesurupan, setelah apa yang mereka alami dan Gugun yang tiba-tiba sesak napas tanpa sebab, bukan karena penyakit atau karena lapar, dan karena alasan itulah Apep memutuskan untuk mengajaknya pulang saja.

Apep: Udah Gun ayo pulang aja, aing takut sia kesurupan

Gugun: Tanggung, Aing masih penasaran

Apep: Nyari apaan sih sia malem-malem ke sini? Udah pulang aja besok lagi aja

Gugun: Besok? Bener yah besok kita lanjut lagi

"Mampus" Batin Apep, Apep keceplosan untuk balik lagi besok. Sebenernya Apep enggak mau balik lagi malam-malam ke sini. Tapi yang penting sekarang si Gugun mau diajak pulang. Akhirnya mereka berdua pun memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing dan untungnya selama perjalan mereka pulang tidak terjadi apa-apa. 


***

Besok paginya Apep pergi ke rumah Gugun untuk menanyakan bagaimana kondisinya saat ini. Gugun bercerita, ketika mereka pulang dan sampai rumah masing-masing, Gugun mengaku bahwa sakit sesak napasnya tiba-tiba hilang atau sembuh dengan sendirinya. Jadi, sehat aja lagi normal kaya bisanya, seperti tidak terjadi apa-apa. Mendengar hal itu Apep pun jadi merasa lega dan tidak khawatir lagi. Mereka berdua kemudian bercerita tentang kejadian semalam, mereka mencoba untuk berpikir positif dan merasionalkan apa yang mereka alami tadi malam. Dari tentang monyet-monyet yang bertingkah aneh, mereka anggap mungkin kalo malam tingkah mereka seperti itu, karena ini baru pertama kali mereka berdua ke sana malam-malam. kemudian angin dingin yang tiba-tiba berhembus, mereka anggap hal itu adalah fenomena alam biasa. Namun tentang semerbak bau melati dan wanita-wanita dayang yang terlihat transparan itu tidak masuk di akal. 

Gugun masih penasaran dengan apa yang mereka alami pada malam itu. Karena baru saja mereka berjalan beberapa meter dari pintu masuk, mereka sudah mengalami hal-hal yang ganjil. Gugun kemudian mengajak Apep untuk pergi lagi ke sana nanti malam, karena Apep sendiri yang mengusulkan pas malam tadi untuk pergi lagi ke sana. Apep tidak bisa menolak kali ini. Untuk mengurangi rasa takut, Apep kemudian berencana untuk mengajak Heri dan Ujang. Heri dan Ujang ini memang masih sahabat Apep dan Gugun. 

Sore hari nya mereka berempat berkumpul. Apep kemudian menceritakan apa yang mereka alami pada malam kemarin di karangkamulyan. Heri bertanya ngapain mereka malam-malam pergi ke karangkamulyan, dan alasan Gugun masih sama yaitu untuk tadzabur alam dan ziarah. Sementara Apep hanya terdiam dan berkata cuma menemani si Gugun ini. Setelah mendengar cerita yang dialami Apep dan Gugun, bukannya takut Heri malah tertarik dan penasaran juga. Heri ini orangnya berani dan mempunyai rasa penasaran yang tinggi, sekaligus ingin menguji mental dan merasakan sensasi adrenalinnya. Yang membedakan Gugun dan Heri ini adalah Heri kalo ngomong sedikit agak sompral. Sedangkan Ujang orangnya ayo-ayo aja asal berbarengan.

Malam hari pun tiba, ba'da isya mereka berempat pergi ke tempat itu lagi. Pukul 20:00 mereka sudah sampai, tapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Sebenernya Aapep mengajak mereka untuk langsung masuk, mumpung belum terlalu malam. Tapi Heri menolaknya untuk langsung masuk sekarang, dia beralasan untuk beristirahat sebentar dan ngopi-ngopi dulu di warung dekat parkiran. Gugun pun menyetujuinya untuk menunggu agak lebih malaman lagi, sekaligus untuk mengumpulkan keberanian pas mereka masuk ke dalam sana.

Heri: Kita ngopi aja dulu di warung yuk, baru juga sampai, lagian baru juga jam 8

Mereka terus mengobrol ngalor ngidul sampai tak terasa waktu seudah menunjukan pukul 21:30 WIB. Gugun pun mengajak yang lainnya untuk masuk ke dalam sana. Dengan percaya diri akhirnya mereka berempat masuk dan kini Apep sedikit agak berani, karena kali ini lebih banyak teman yang  ikut menemani. 

Kali ini, begitu mereka masuk tidak seperti malam kemarin, tidak ada monyet-monyet yang berteriak. Monyet-monyet liar itu ada di sisi kiri dan kanan jalan setapak itu, tepatnya di bawah pohon bambu dan sebagian lagi di atas pohon bambu. Monyet-monyet itu terlihat tenang dan hanya melihat mereka berempat saat berjalan. Mulai dari mereka masuk Apep dan guguny bergantian menceritakan lagi atas apa yang mereka alami kemarin malam.

Kemudian sampailah mereka di tempat dimana Apep dan Gugun kemarin malam berhenti disaat Gugun merasa sesak napas. Apep menjelaskan pada Heri dan Ujang bahwa beberapa meter dari tempat mereka berdiri, Apep dan Gugun melihat sosok beberapa wanita yang seperti dayang sedang berdiri berjajar dan saling berhadap-hadapan. Pas mereka sampai tepat dimana wanita-wanita dayang berdiri kemaren, Heri nyeletuk;

Heri: oh disini kemaren wanita-wanita itu berdiri? mereka mungkin sedang menyambut kalian

Gugun: Hah, menyambut untuk apa? 

Heri: mungkin mereka menyambut salah satu dari kalian yang akan di kawinkan dengan putri penunggu disini

Ujang: Iiiih, Ssssssssst..... aisia!

Mendengar perkataan Heri, Apep, Gugun dan Ujang menjadi kaget dan memperingatkan Heri untuk tidak sompral dan lebih menjaga ucapannya. 

Di cagar budaya Ciung Wanara ini terdapat 9 situs yang menyajikan sejarah napak tilas peninggalan sejarah dengan segala legenda dan tradisi dari kerajaan Galuh purba. 

Selama perjalan mereka berempat, kali ini tidak terjadi apa-apa ataupun mengalami hal yang aneh. Sampai akhirnya mereka tiba di situs Cikahuripan. Cikahuripan ini merupakan sebuah sumur yang letaknya dekat dengan pertemuan antara dua sungai, yaitu sungai Citanduy dan sunga Cimuntur. Dahulu disana digunakan sebagai tempat untuk mandi para puteri raja kerajaan Galuh. Disebut Cikahuripan karena ini merupakan berisi sumber air kehidupan, air merupakan lambang kehidupan. Sumur cikahuripan ini disebut juga sumur abadi karena airnya tidak pernah kering sepanjang tahun. Dan konon katanya atau menurut kepercayaan orang-orang, siapa saja yang mandi disana bisa membuka auranya, membuat ketenangan jiwa dan membuat awet muda.

Mereka berempat beristirahat sebentar disana. Di tempat itu Apep, Heri dan Ujang mereka melakukan wudhu beda lagi dengan Gugun, dengan percaya dirinya dia mandi disana. 

Setelah Gugun selesai mandi, kemudian mereka berempat melanjutkan perjalanan. Sampailah mereka di depan situs Penyabungan ayam.

Jadi, situs penyabungan ayam ini dulunya tempat penyabungan antara ayam Ciung Wanara dan raja Bondan Sarigih. di samping itu tempat ini merupakan tempat khusus untuk memilih raja yang dilakukan denga demokrasi. di situs ini lapangan tapi di tengah lapang itu terdapat sebuah pohon bungur. Pada pohon itu terdapat tonjolan seperti dahan yang kecil. Dari kepercayaan masyarakat asli di sana, mitosnya barang siapa yang dapat memegang tonjolan itu dari pinggir lapang dengan kondisi mata tertutup, maka keinginannya akan terkabul.

Ketika berada ditempat itulah mereka berempat mengalami hal yang aneh. Ujang kaget dan langsung beristigfar ketika melihat ke atas pohon bungur yang berada di tengah lapang itu, sambil menunjuknya agar teman-tamannya ikut melihat ke arah yang Ujang lihat. Apep, Gugun dan Heri pun ikut kaget dan beristigfar. Mereka melihat sebuah cahaya berwarna hijau terang di atas pohon bungur itu kemudian jatuh lurus ke tanah dan berakhir kira-kira 2 meter dari pohon bungur itu. Ketika cahaya berwarna hijau itu sampai di tanah, tanah itu langsung mengeluarkan asap putih. Ketika asap itu mulai memudar, Gugun berlari ke arah dimana cahaya itu jatuh. Apep, Heri dan Ujang pun langsung mengikuti Gugun.

Apep: Heh Gun, ngapain? bahaya!

Heri: Kamu nyari-nyari apa disitu?

Ujang: Apaan itu yang jatuh? ketemu?

Gugun: Kalian lihat tadi cahaya hajau itu jatuh kesini? siapa tahu itu benda mustika.

Rupanya Gugun berlari ke tempat jatuhnya cahaya hijau itu, dia beranggapan itu adalah sebuah benda mustika atau benda ghaib dan dia mencari-carinya agar bisa mendapatkan benda itu. Apep, Heri dan Ujang kemudian ikut juga mencari-cari di sekitar situ, tapi sayang mereka tidak mendapatkan sesuatu. Yang mereka lihat hanya tanah yang rata dan tidak melihat bekas dari benda yang jatuh. Setelah mencari-cari dan tidak mendapatkan sesuatu, Apep kemudian mengajak mereka bertiga untuk meninggalkan tempat itu dan segera keluar.

Setelah kejadian itu akhirnya mereka keluar. Sesampainya di area parkiran kemudian mereka saling bercerita dan bertanya-tanya tentang cahaya hijau terang itu. Heri yakin, mereka melihat cahaya hijau itu karena tadi berwudhu dan mandi atau karena menggunakan air yang ada di sumur cikahuripan itu. Dari pertama masuk sampai akhirnya keluar dari cagar budaya ciung wanara ini, kejadian yang mereka alami cuma meliahat cahaya hijau terang yang jatuh dan mengeluarkan asap. Mereka tidak melihat lagi Wanita-wanita dayang yang dilihat Apep dan Gugun di malam sebelumnya. Atau mungkin mereka datang ke sana karena kepagian dan belum tengah malam, ya.

Mereka berempat kemudian pulang ke rumah masing-masing dan tidak mengalami kejadian aneh selama perjalanan. Tapi sayang, keesokan harinya Gugun jatuh sakit dan banyak melamun.

Selesai