Sunday 11 October 2020

DISAMBUT DAYANG-DAYANG GHAIB

Cerita ini diambil pada tahun 2013 dan nyata dialami langsung oleh Apep dan Gugun, ketika mereka sedang melakukan tadzabur alam atau sekaligus berziarah pada malam hari ke makam adipati panaekan seorang raja Galuh tengah. Tempat itu berada di cagar budaya ciung wanara atau karang Kamulyan di kab ciamis Jawa Barat. Situs Karang kamulyan ini merupakan sebuah situs peninggalan zaman kerajaan Galuh. Kerajaan ini termasuk salah satu kerajaan tertua di tanah Pasundan tepatnya telah ada sebelum adanya kerajaan Majapahit dan Padjajaran. Peninggalan kerajaan ini tersimpan dalam cagar budaya yaitu objek wisata budaya Katangkamulyan atau Ciung Wanara.

Sebenarnya ide untuk melakukan tadzabur alam ini adalah keinginan dari Gugun. Pada pagi harinya Gugun sengaja mengajak Apep untuk minta ditemani, karena Gugun tidak berani kalo hanya sendirian saja.
Gugun: Pep, nanti malam ikut yuk temenin aing ke Karang Kamulyan.
Apep: hah? Mau ngapain malem-malem kesana? Engga ah
Gugun: aing mau tadzabur alam sekaligus ziarah. Udahlah ikut aja.

Apep sebenernya menolak ajakan dari Gugun, karena Apep sudah mempunyai firasat nggak enak. Entah apa niat sebenarnya Gugun pergi malam-malam ke sana. Tapi, karena Gugun adalah sahabat baiknya, jadi mau tidak mau Apep harus menemaninya dan Apep takut terjadi apa-apa kalo Gugun pergi sendirian ke sana.

Singkat cerita malam pun tiba, Gugun pergi ke rumah Apep untuk menjeputnya. Dan akhirnya mereka bedua pergi ke tempat tujuan dengan menggunakan sepeda motor. Di tengah perjalanan Apep masih merasa was-was atas rencana Gugun ini, yang bisa dia lakukan adalah hanya berdoa agar semua berjalan dengan lancar dan tidak terjadi apa-apa. Beda lagi dengan Gugun yang merasa tenang dan enjoy-enjoy aja. 15 menit kemudian akhirnya mereka sampai di karanggkamulyan. Mereka sampai di sana tengah malam, kira-kira hampir jam 12 malam. Kemudian mereka masuk ke dalam sana setelah meminta izin penjaga yang ada di sana.

Luas area dari cagar budaya ini mencapai 25 hektar, kawasannya berupa hutan yang dilindungi, kebanyakan itu pohon bambu dan pepohonan besar yang berumur ratusan tahun, bahkan ada pohon Binong yang berdiameter 3 meter dan diperkirakan berumur sekitar 600 tahun. Untuk hewan-hewannya yang bisa ditemui adalah monyet-monyet liar, ada juga rusa tapi hanya beberapa yang terlihat, tidak terlalu banyak. Di dalam itu tempanya agak gelap, hanya ada sedikit lampu penerangan.

Malam itu adalah malam bulan purnama, suasana gelap di sekitar situ menjadi agak terang karena sinar bulan purnama sedikit menerangi lewat sela-sela rimbunnya pohon-pohon bambu.

Hal ganjil mulai terasa ketika mereka masuk. Pemandangan ketika masuk ke sana adalah berupa jalan setapak, dan di tiap sisi kanan dan kiri sepanjang jalan itu pohon bambu. Saking panjangnya, pohon bambu yang di kiri dan kanan itu saling bertemu di atas atau gambaran lainnya seperti membentuk terowongan gitu. 

Baru beberapa langkah mereka berdua berjalan, monyet-monyet yang tadinya di sisi kiri dan kanan bawah pohon bambu itu tiba-tiba mereka berteriak seperti memberi kode sinyal kepada monyet lain, atau kepada "sesuatu". Sontak Apep dan Gugun jadi kaget dengan hal seperti itu. Ini memang bukan pertama kalinya Apep dan Gugun pergi ke cagar budaya siung wanara. Sebelum-sebelumnya mereka juga pernah ke sini saat bertamasya dengan keluarga atau sekolah, namun di siang hari. Dan tidak pernah meliahat monyet-monyet di sini bertingkah aneh seperti sekarang ini.

Monyet-monyet itu berteriak sekitar 1-2 menit dan di saat mereka berteriak, Apep dan Gugun terdiam sesaat. Setelah monyet-monyet itu berhenti berteriak dan hanya terdengar serangga malam saja, Gugun melanjutkan langkah kakinya, tapi tidak dengan Apep, dia masih terdiam dan ragu untuk melanjutkan jalan lebih dalam lagi. Apep menganggap ini adalah sebuah peringatan terhadap mereka, tapi dia tidak langsung mengataknannya kepada Gugun.

Gugun: Heh, ayo cepet jalan, malah diem aja

Apep: Perasaan aing gak enak nih, yakin lanjut terus?

Gugun: Udah ayo.

Kemudian Gugun menarik Apep untuk terus jalan dan tetap fokus. Baru saja beberapa meter mereka berjalan kini giliran Gugun yang menghentikan langkah kakinya. Apep menjadi bingung melihat Gugun yang berhenti, dia yang mengajak untuk jalan terus tapi sekarang Gugun malah berhenti.

Apep: Lho, kok berhenti sih? katanya ayo jalan terus.

Gugun: Tunggu sebentar, sia mencium sesuatu gak?

Rupanya Gugun berhenti karena dia mencium bau sesuatu. Perlahan Apep pun menengadah dan mengenduskan hidungnya mencari bau yang dirasakan oleh Gugun. Apep pun baru sadar ternyata memang benar ada bau bunga melati menyerbak disekitar mereka. Seketika suasana menjadi sunyi, bahkan serangga malam yang tadinya bersuara kini tidak ada. Bulu kuduk mereka berdua bergidik dan mereka hanya bisa saling berpandangan kebingungan.

Ketika Apep menghadap kembali ke arah depan, begitu kagetnya dia. Kalian tau apa yang mereka lihat? ya, benar. Apep melihat didepannya ada beberapa wanita sedang berdiri berjajar. Jarak antara mereka berdua dan wanita-wanita itu sekitar 300 meter. Wanita-wanita itu berdiri di samping kiri dan kanan jalan saling berhadap-hadapan. Seperti sedang melakukan penyambutan pada seorang raja/bangsawan/tamu kehormatan gitu. Tampilan wanita-wanita itu rambutnya disanggul dan pakaiannya itu seperti pada zaman-zaman kerajaan, atasannya memakai kemben dan bawahannya kain, tampak seperti dayang-dayang kerajaan atau keraton.  Yang membuat lebih merinding lagi adalah wanita-wanita itu transparan, seperti hologram gitu. 

Apep dan Gugun pun langsung memalingkan pandangannya dan menghadap ke belakang sambil beristigfar "ASTAGFIRULLAH,, ASTAGFIRULLAH". Tak lama kemudian Gugun kembali menghadap lagi ke depan  untuk memastikan apa yang mereka lihat dan benar saja, wanita-wanita yang seperti dayang itu kini menghilang entah ke mana.

Gugun: Sia liat gak tadi yang seperti dayang?

Apep: Iya, aing juga liat

Gugun: hilang ke mana?

Ketika mereka berdua bertanya-tanya kemana hilangnya wanita-wanita itu, tiba-tiba dari arah depan ada hempasan angin dingin ke arah mereka berdua. Anginnya tidak terlalu kencang ataupun pelan, tapi cukup terasa dingin dan mampu menggerakan rambut mereka. Dan lagi seketika badan mereka berdua terasa merinding.

Tak lama setelah angin bertiup, Gugun kini merasa sesak di dadanya. Gugun merasakan dadanya seperti di tekan dari depan dan belakang. Selain itu pundaknya juga terasa menjadi berat dan akhirnya Gugun jongkok dan langsung duduk. Melihat Gugun terduduk di atas tanah Apep pun langsung bertanya apa yang terjadi pada Gugun? 

Apep: Gun, kenapa?

Gugun: Dada aing sesak

Apep pun bingung, kenapa Gugun bisa sesak napas. Karena sepengetahuan Apep, Gugun tidak pernah mempunyai riwayat penyakit sesak napas. Karena kondisi Gugun tidak memungkinkan, maka Apep mengajaknya untuk pulang saja. Tapi Gugun menolak dan tetap ngotot untuk lanjut aja. Apep kemudian memaksanya untuk pulang dan menjelaskan situasinya tidak mendukung. Apep takut kalo Gugun kesurupan, setelah apa yang mereka alami dan Gugun yang tiba-tiba sesak napas tanpa sebab, bukan karena penyakit atau karena lapar, dan karena alasan itulah Apep memutuskan untuk mengajaknya pulang saja.

Apep: Udah Gun ayo pulang aja, aing takut sia kesurupan

Gugun: Tanggung, Aing masih penasaran

Apep: Nyari apaan sih sia malem-malem ke sini? Udah pulang aja besok lagi aja

Gugun: Besok? Bener yah besok kita lanjut lagi

"Mampus" Batin Apep, Apep keceplosan untuk balik lagi besok. Sebenernya Apep enggak mau balik lagi malam-malam ke sini. Tapi yang penting sekarang si Gugun mau diajak pulang. Akhirnya mereka berdua pun memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing dan untungnya selama perjalan mereka pulang tidak terjadi apa-apa. 


***

Besok paginya Apep pergi ke rumah Gugun untuk menanyakan bagaimana kondisinya saat ini. Gugun bercerita, ketika mereka pulang dan sampai rumah masing-masing, Gugun mengaku bahwa sakit sesak napasnya tiba-tiba hilang atau sembuh dengan sendirinya. Jadi, sehat aja lagi normal kaya bisanya, seperti tidak terjadi apa-apa. Mendengar hal itu Apep pun jadi merasa lega dan tidak khawatir lagi. Mereka berdua kemudian bercerita tentang kejadian semalam, mereka mencoba untuk berpikir positif dan merasionalkan apa yang mereka alami tadi malam. Dari tentang monyet-monyet yang bertingkah aneh, mereka anggap mungkin kalo malam tingkah mereka seperti itu, karena ini baru pertama kali mereka berdua ke sana malam-malam. kemudian angin dingin yang tiba-tiba berhembus, mereka anggap hal itu adalah fenomena alam biasa. Namun tentang semerbak bau melati dan wanita-wanita dayang yang terlihat transparan itu tidak masuk di akal. 

Gugun masih penasaran dengan apa yang mereka alami pada malam itu. Karena baru saja mereka berjalan beberapa meter dari pintu masuk, mereka sudah mengalami hal-hal yang ganjil. Gugun kemudian mengajak Apep untuk pergi lagi ke sana nanti malam, karena Apep sendiri yang mengusulkan pas malam tadi untuk pergi lagi ke sana. Apep tidak bisa menolak kali ini. Untuk mengurangi rasa takut, Apep kemudian berencana untuk mengajak Heri dan Ujang. Heri dan Ujang ini memang masih sahabat Apep dan Gugun. 

Sore hari nya mereka berempat berkumpul. Apep kemudian menceritakan apa yang mereka alami pada malam kemarin di karangkamulyan. Heri bertanya ngapain mereka malam-malam pergi ke karangkamulyan, dan alasan Gugun masih sama yaitu untuk tadzabur alam dan ziarah. Sementara Apep hanya terdiam dan berkata cuma menemani si Gugun ini. Setelah mendengar cerita yang dialami Apep dan Gugun, bukannya takut Heri malah tertarik dan penasaran juga. Heri ini orangnya berani dan mempunyai rasa penasaran yang tinggi, sekaligus ingin menguji mental dan merasakan sensasi adrenalinnya. Yang membedakan Gugun dan Heri ini adalah Heri kalo ngomong sedikit agak sompral. Sedangkan Ujang orangnya ayo-ayo aja asal berbarengan.

Malam hari pun tiba, ba'da isya mereka berempat pergi ke tempat itu lagi. Pukul 20:00 mereka sudah sampai, tapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Sebenernya Aapep mengajak mereka untuk langsung masuk, mumpung belum terlalu malam. Tapi Heri menolaknya untuk langsung masuk sekarang, dia beralasan untuk beristirahat sebentar dan ngopi-ngopi dulu di warung dekat parkiran. Gugun pun menyetujuinya untuk menunggu agak lebih malaman lagi, sekaligus untuk mengumpulkan keberanian pas mereka masuk ke dalam sana.

Heri: Kita ngopi aja dulu di warung yuk, baru juga sampai, lagian baru juga jam 8

Mereka terus mengobrol ngalor ngidul sampai tak terasa waktu seudah menunjukan pukul 21:30 WIB. Gugun pun mengajak yang lainnya untuk masuk ke dalam sana. Dengan percaya diri akhirnya mereka berempat masuk dan kini Apep sedikit agak berani, karena kali ini lebih banyak teman yang  ikut menemani. 

Kali ini, begitu mereka masuk tidak seperti malam kemarin, tidak ada monyet-monyet yang berteriak. Monyet-monyet liar itu ada di sisi kiri dan kanan jalan setapak itu, tepatnya di bawah pohon bambu dan sebagian lagi di atas pohon bambu. Monyet-monyet itu terlihat tenang dan hanya melihat mereka berempat saat berjalan. Mulai dari mereka masuk Apep dan guguny bergantian menceritakan lagi atas apa yang mereka alami kemarin malam.

Kemudian sampailah mereka di tempat dimana Apep dan Gugun kemarin malam berhenti disaat Gugun merasa sesak napas. Apep menjelaskan pada Heri dan Ujang bahwa beberapa meter dari tempat mereka berdiri, Apep dan Gugun melihat sosok beberapa wanita yang seperti dayang sedang berdiri berjajar dan saling berhadap-hadapan. Pas mereka sampai tepat dimana wanita-wanita dayang berdiri kemaren, Heri nyeletuk;

Heri: oh disini kemaren wanita-wanita itu berdiri? mereka mungkin sedang menyambut kalian

Gugun: Hah, menyambut untuk apa? 

Heri: mungkin mereka menyambut salah satu dari kalian yang akan di kawinkan dengan putri penunggu disini

Ujang: Iiiih, Ssssssssst..... aisia!

Mendengar perkataan Heri, Apep, Gugun dan Ujang menjadi kaget dan memperingatkan Heri untuk tidak sompral dan lebih menjaga ucapannya. 

Di cagar budaya Ciung Wanara ini terdapat 9 situs yang menyajikan sejarah napak tilas peninggalan sejarah dengan segala legenda dan tradisi dari kerajaan Galuh purba. 

Selama perjalan mereka berempat, kali ini tidak terjadi apa-apa ataupun mengalami hal yang aneh. Sampai akhirnya mereka tiba di situs Cikahuripan. Cikahuripan ini merupakan sebuah sumur yang letaknya dekat dengan pertemuan antara dua sungai, yaitu sungai Citanduy dan sunga Cimuntur. Dahulu disana digunakan sebagai tempat untuk mandi para puteri raja kerajaan Galuh. Disebut Cikahuripan karena ini merupakan berisi sumber air kehidupan, air merupakan lambang kehidupan. Sumur cikahuripan ini disebut juga sumur abadi karena airnya tidak pernah kering sepanjang tahun. Dan konon katanya atau menurut kepercayaan orang-orang, siapa saja yang mandi disana bisa membuka auranya, membuat ketenangan jiwa dan membuat awet muda.

Mereka berempat beristirahat sebentar disana. Di tempat itu Apep, Heri dan Ujang mereka melakukan wudhu beda lagi dengan Gugun, dengan percaya dirinya dia mandi disana. 

Setelah Gugun selesai mandi, kemudian mereka berempat melanjutkan perjalanan. Sampailah mereka di depan situs Penyabungan ayam.

Jadi, situs penyabungan ayam ini dulunya tempat penyabungan antara ayam Ciung Wanara dan raja Bondan Sarigih. di samping itu tempat ini merupakan tempat khusus untuk memilih raja yang dilakukan denga demokrasi. di situs ini lapangan tapi di tengah lapang itu terdapat sebuah pohon bungur. Pada pohon itu terdapat tonjolan seperti dahan yang kecil. Dari kepercayaan masyarakat asli di sana, mitosnya barang siapa yang dapat memegang tonjolan itu dari pinggir lapang dengan kondisi mata tertutup, maka keinginannya akan terkabul.

Ketika berada ditempat itulah mereka berempat mengalami hal yang aneh. Ujang kaget dan langsung beristigfar ketika melihat ke atas pohon bungur yang berada di tengah lapang itu, sambil menunjuknya agar teman-tamannya ikut melihat ke arah yang Ujang lihat. Apep, Gugun dan Heri pun ikut kaget dan beristigfar. Mereka melihat sebuah cahaya berwarna hijau terang di atas pohon bungur itu kemudian jatuh lurus ke tanah dan berakhir kira-kira 2 meter dari pohon bungur itu. Ketika cahaya berwarna hijau itu sampai di tanah, tanah itu langsung mengeluarkan asap putih. Ketika asap itu mulai memudar, Gugun berlari ke arah dimana cahaya itu jatuh. Apep, Heri dan Ujang pun langsung mengikuti Gugun.

Apep: Heh Gun, ngapain? bahaya!

Heri: Kamu nyari-nyari apa disitu?

Ujang: Apaan itu yang jatuh? ketemu?

Gugun: Kalian lihat tadi cahaya hajau itu jatuh kesini? siapa tahu itu benda mustika.

Rupanya Gugun berlari ke tempat jatuhnya cahaya hijau itu, dia beranggapan itu adalah sebuah benda mustika atau benda ghaib dan dia mencari-carinya agar bisa mendapatkan benda itu. Apep, Heri dan Ujang kemudian ikut juga mencari-cari di sekitar situ, tapi sayang mereka tidak mendapatkan sesuatu. Yang mereka lihat hanya tanah yang rata dan tidak melihat bekas dari benda yang jatuh. Setelah mencari-cari dan tidak mendapatkan sesuatu, Apep kemudian mengajak mereka bertiga untuk meninggalkan tempat itu dan segera keluar.

Setelah kejadian itu akhirnya mereka keluar. Sesampainya di area parkiran kemudian mereka saling bercerita dan bertanya-tanya tentang cahaya hijau terang itu. Heri yakin, mereka melihat cahaya hijau itu karena tadi berwudhu dan mandi atau karena menggunakan air yang ada di sumur cikahuripan itu. Dari pertama masuk sampai akhirnya keluar dari cagar budaya ciung wanara ini, kejadian yang mereka alami cuma meliahat cahaya hijau terang yang jatuh dan mengeluarkan asap. Mereka tidak melihat lagi Wanita-wanita dayang yang dilihat Apep dan Gugun di malam sebelumnya. Atau mungkin mereka datang ke sana karena kepagian dan belum tengah malam, ya.

Mereka berempat kemudian pulang ke rumah masing-masing dan tidak mengalami kejadian aneh selama perjalanan. Tapi sayang, keesokan harinya Gugun jatuh sakit dan banyak melamun.

Selesai

No comments:

Post a Comment